Pemanasan Global
Manusia yang hidup di zaman sekarang ini, sudah pasti merasakan keadaan
dimana bumi sudah semakin panas akibat adanya peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan bumi. Terbayang dibenak kita, bagaimana kehidupan
duniawi 70 tahun yang akan datang ditengah suhu bumi yang semakin panas akibat
pemanasan global. Apakah keadaan manusia saat itu masih sama dengan keadaan
manusia saat ini? Pemanasan global yang tanpa sadar
telah menjadi momok menakutkan bagi kita karena dampaknya bagi kehidupan di
bumi. Namun sejatinya, pemanasan global adalah dampak dari perilaku manusia
yang kini menjadi kekhawatiran mereka sendiri yang harus dapat mereka
tanggulangi sendiri. Adapun dampak dari pemanasan global yakni perubahan iklim,
kurangnya persediaan air bersih, kepunahan hewan-hewan, dan terjadinya
kerusakan alam besar-besaran.
Pemanasan global yang semakin menjadi-jadi, telah membuat terjadinya perubahan
iklim dunia, sehingga mempengaruhi keadaan air laut yang semakin meningkat.
Akibatnya pulau-pulau di Indonesia lenyap atau tenggelam. Di Jakarta saja, air
laut meningkat 5 hingga 8 milimeter tiap tahunnya. Hal ini sangat serius untuk
masa depan. Dari 17.506 pulau, kini jumlahnya melorot menjadi 17.480
pulau (data ini dihimpun oleh Departemen Kelautan dan Perikanan,
yang masih terus melakukan pendataan). Hilangnya pulau-pulau ini semakin
kentara sejak penambangan pasir laut semakin marak. Diperkirakan hingga tahun
2030, akan hilang sekitar 2000 an pulau di Indonesia, bila tidak
dilakukan pencegahan sedini mungkin. Departemen Kelautan dan Perikanan menyatakan
perlindungan laut merupakan faktor penting dalam memperlambat perubahan iklim.
Apalagi, terumbu karang, padang lamun, dan biota laut lainnya dapat menyerap
karbondioksida sebanyak 246 juta ton per tahun. Untuk itu, Departemen Kelautan
dan Perikanan akan mengupayakan bantuan perlindungan kelautan Indonesia.
Dampak kedua adalah kurangnya persediaan air bersih. Hal ini terjadi karena
adanya pencemaran lingkungan dan air bersih akibat pemanasan global yang
disebabkan karena adanya limbah pabrik yang dibuang secara sembarangan. Bisa
dibayangkan bagaimana manusia berlomba-lomba mencari dan mengolah air yang
berkualitas. Negara maju, akan lebih banyak mengucurkan dananya untuk
mengembangkan teknologi pengolahan air yang efeknya tentu saja tidak baik bagi
negara-negara berkembang yang tidak memiliki cukup dana untuk mengolah air.
Negara berkembang akan terpaksa membeli air yang diekspor dan dikomersialisasikan
negara-negara maju, hasilnya harga air menjadi mahal. Lalu bagaimana dengan
konglomerat-konglomerat negara berkembang? Mungkin mereka akan keluar dari
negaranya hanya untuk mendapatkan air berkualitas dengan segenap uang yang
mereka miliki. Kurangnya ketersediaan air ini, dapat kita tanggulangi dengan
mengusahakan dan mengawasi kerja pabrik yang baik dan benar agar limbah-limbah
yang dihasilkan tidak dibuang sembarangan dan mencemari lingkungan.
Seperti konglomerat-konglomerat tadi, hewan-hewan pun akan berusaha
bermigrasi karena pemanasan global menyebabkan tumbuhan-tumbuhan yang merupakan
makanan pokok bagi mereka tidak dapat hidup di habitatnya yang dulu. Namun
sayangnya hewan-hewan ini akan menghadapi
lebih banyak masalah dibandingkan dengan konglomerat-konglomerat negara
berkembang. Mereka akan terhalang oleh pemukiman-pemukiman penduduk dan
kerasnya dampak pemanasan global yang terus berlangsung. Sehingga satu-satunya
pilihan bagi mereka adalah punah, menyerah terhadap alam. Yang dapat kita
lakukan untuk menanggulangi hal ini adalah menyediakan tempat-tempat
penangkaran dan pemeliharaan satwa-satwa agar dapat hidup dengan baik dan
berkembang biak menghasilkan keturunannya sehingga tidak punah.
Dampak utama dari pemanasan global adalah kerusakan alam. Kita ketahui, kebutuhan hidup manusia semakin meningkat dari
masa ke masa karena jumlah penduduk yang semakin bertambah pesat. Oleh karena
itu, manusia selalu berusaha dengan cara apapun untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehingga terciptalah pemanasan global terhadap bumi ini. Sumber daya
alam terus dieksploitasi tanpa imbas yang berimbang bagi alam sebagai
penghasilnya. Tanpa mereka sadari, mereka telah membuat kerusakan terhadap
kebutuhan lain yang lebih hakiki, yaitu menjaga bumi, menjaga sumber kehidupan,
menjamin keberadaannya agar manusia sendiri tetap lestari di dalamnya. Perkembangan
akal dan perkembangan teknologi yang membabi buta ternyata tidak dibarengi
dengan perkembangan tingkat kesadaran peduli lingkungan. Memenuhi suatu kebutuhan
dengan mengabaikan kewajiban menjaga kelestarian alam. Sampai suatu saat nanti
keadaan dunia berubah, dimana pohon-pohon terakhir sudah ditebang,
sungai-sungai terakhir yang mulai mengering, dan ketika kandungan udara yang
terakhir telah tercemar, mungkin itulah masanya dimana manusia terpaksa
menyadari bahwa uang tak dapat di makan.
Langkah awal yang dapat manusia
lakukan untuk menanggulangi kerusakan alam ini adalah dengan mengadakan
konferensi ataupun seminar untuk menyadarkan kembali betapa pentingnya menjaga kelestarian
bumi. Manusia harus disadarkan dari buaian indah zamrud khatulistiwa yang telah
merasuk ke dalam urat kesombongan bangsa kita sehingga menjadikan kita tamak
akan kekayaan tanpa mempedulikan keadaan lingkungan sekitar. Langkah
selanjutnya adalah mengadakan reboisasi atau penghijauan kembali hutan-hutan
dan penanaman pohon di pusat-pusat kota atau di sepanjang jalan yang terdapat
di Indonesia. Coba kita bayangkan, bila setiap 5 meter ditanami 1 batang pohon,
maka setiap 1 kilometer akan tumbuh 201 batang pohon. Bila dikalikan dengan
panjang jalan di Indonesia secara keseluruhan, tentunya akan sangat banyak
jumlah pohon yang ditanam. Paling tidak, kita telah menyumbang penyerap karbon
di sepanjang jalan sehingga dapat menghasilkan udara bersih. Selain itu,
penanaman pohon dipinggir jalan juga dapat memberi kesan indah, rindang dan
segar di setiap sudut kota.
Pemanasan global merupakan dampak
yang terjadi akibat ulah manusia itu sendiri, dimana manusia selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memikirkan keadaan lingkungan sekitarnya.
Dampaknya adalah terjadi kerusakan alam besar-besaran yang mengakibatkan
perubahan iklim sehingga naiknya air laut den tenggelamnya pulau-pulau, kurangnya
ketersediaan air bersih dan udara bersih, serta punahnya hewan-hewan. Manusia
adalah makhluk Tuhan paling mulia yang dikaruniai akal dan pikiran. Bersyukur
atas karunia-Nya berarti menjaga apa yang telah ia amanahkan. Oleh karena itu,
seharusnya kita mampu menjaga bumi kita dengan mengadakan perlindungan laut,
tidak mencemari lingkungan dengan limbah-limbah dari pabrik, menjaga dan
memelihara satwa-satwa dari kepunahan, melestarikan hutan dan menghijaukan bumi
dengan menanam pohon, serta menghentikan segala aktifitas yang dapat merusak
keseimbangan alam yang selama ini telah memberikan banyak manfaat bagi kita. Inilah
saatnya kita harus tahu diri!